TAFSIR BASMALAH

January 21, 2014 at 12:01 am | Posted in Tafsir | Leave a comment

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Tafsir Dengan menyebut nama Allah

Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

I.                   Mufrodat Ayat

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ” (Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). “بَاءُ”  dalam bahasa arab disebut “الحَرْفُ” (huruf/abjad). Huruf itu sendiri dalam pembahasan ilmu nahwu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu, harfu hija’iy dan harfu ma’aaniy. Harfu hija’iy adalah yang biasa kita kenal dengan abjad arab, yakni dimulai dari “اَلِيْفُ” (Alif) sampai “يَاءُ” (Ya).  Sedangkan harfu ma’aniy adalah huruf yang memiliki makna jika digabungkan dengan Fi’il dan Isim. Adapun huruf ‘ba’ dalam ayat ini maka yang dimaksud adalah huruf ma’aniy. Huruf ‘ba’ dalam ayat ini adalah huruf “الجَارُ”, sehingga ia memajrurkan isimnya dalam hal ini adalah kata (dalam bhs arab kalimat) “اِسْمِ”. Ketika ada susunan jar majrur, maka ini adalah susunan “مُتَعَلِقٌ” (susunan tergantung). Perkiraan terbaik untuk muta’alaqnya adalah fi’il makhdzuf (kata kerja yang tidak dinampakkan) yang diakhirkan yang sesuai dengan kontek kalimat.

Mengapa dikatakan bahwa jar-majrur itu muta’aliq dengan fi’il makhdzuf?, jawab : agar jumlah susunan kalimatnya menjadi sempurna, misalnya Firman Allah Ta’aalaa :

فِي تِسْعِ آَيَاتٍ إِلَى فِرْعَوْنَ وَقَوْمِهِ

“Pergilah dengan 9 tanda (mukijizat) kepada Fir’aun dan kaumnya” (QS. An Naml : 12)

Maka kalimat “فِي تِسْعِ آَيَاتٍ” adalah jar-majrur yang fi’il makhdzufnya adalah “اِذْهَبْ” (pergilah). Dalam sya’ir arab dikatakan :

فقُلْتُ إلى الطَّعام فقَالَ مِنْهُم … فَرِيقٌ نحْسُدُ الإِنْسَ الطَّعَامَا

Aku berkata kepada makanan, ia menjawab karena mereka … sekelompok orang yang menghasadi manusia lain karena makanan

Faedah dengan menetapkan bahwa yang muta’alaqnya adalah fi’il makhdzuf yang diakhirkan lagi sesuai, yaitu :

1. Asal dari perbuatan adalah fi’il kata kerja, Imam Ibnu Hisyaam dalam “Mughnil Labiib’ berkata :

فمن قدّر الفعل – وهم الأكثرون – فلأنه الأصل في العمل

Barangsiapa menakdirkannya dengan fi’il –dan ini kebanyakan dilakukan ulama-, karena (menurut mereka-pent.) fi’il adalah asal dalam perbuatan.

2. Kami perkirakan dengan fi’il muakhor (yang diakhirkan) karena berapa alasan berikut :

  • Untuk mencari berkah dengan mendahulukan nama Allah. Allah Subhanahu wa Ta’alaa berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya” (QS. Al Hujuraat : 1)

  • Meng-kanan-kan nama Allah, karena dalam tulisan arab, dimulai dari sebelah kanan, sehingga untuk perkara-perkara kebaikan, hendaknya dimulai dari sebelah kanan. Ummul Mukminin Aisyah Rodhiyallahu ‘anha berkata :

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِى تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِى شَأْنِهِ كُلِّهِ

Nabi Sholallahu ‘alaihi wa salaam menyukai memulai dari kanan, pada saat memakai sandal, bersisir, bersuci dan pada seluruh perkaranya (yang baik-baik-pent.) (Muttafaqun alaih).

  • Mendahulukan isim memberikan faedah pengkhususan dan pembatasan, sebagaimana firman Allah :

إِيَّاكَ نَعْبُدُ

“Hanya Engkaulah yang kami sembah” (QS. Al Fatihah : 5)

3. Kami takdirkan dengan fi’il (kata kerja) yang sesuai agar setiap pekerjaan yang kita mulai senantiasa diawali dengan Basmalah untuk mendapatkan keberkahannya, sebagaimana sabda Nabi Sholallahu ‘alaihi wa salaam :

كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه ببسم الله الرحمن الرحيم أقطع

Setiap perkara yang tidak dimulai dengan basmalah, maka ia terputus (keberkahannya-pent.) (dishahihkan oleh Imam Nawawi, namun sebagian ulama melemahkannya).

“اِسْمٌ” secara bahasa adalah sesuatu yang dinamai dengannya. Dan ia dalam ayat ini berkedudukan sebagai mudhof, mudhofun ilaih-nya adalah “اللَّهِ”. Mudhofun ilaih, I’robnya adalah jaar/khofd dan tanda khofd-nya untuk Allah adalah kasroh, karena Allah adalah isim mufrod. Allah adalah Rabbunaa, yang memiliki Asmaaul Husna yang mengandung makna-makna yang sangat husna (baik sekali). Tidak ada tuhan/ilaah yang berhak disembah didunia dan akhirat kecuali Allah Subhanahu wa Ta’alaa. Firman-Nya :

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ

“yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil” (QS. Al Hajj : 62).

“الرحمن” (Yang Maha Penyayang) adalah na’at awal (sifat) dari Allah, karena man’ut-nya jaar, maka na’atnya juga dibaca jaar. Wazan Ar-Rokhmaan adalah “فَعْلاَن”, yang memberikan makna untuk mubalaghoh (penyangatan), artinya Allah sangat penyayang kepada hamba-Nya dengan rakhmat-Nya yang sangat luas. Ia adalah salah satu dari Asmaaul Husnaa Allah, yangmana kita dianjurkan untuk berdoa dengan nama-nama yang husna tersebut. Allah berfirman :

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu” (QS. Al A’raf : 180).

“الرحيم” (Yang Maha Pengasih) adalah na’at tsani (sifat yang kedua) dari Allah, ia memiliki wazan “”, yang bermakna pelaku perbuatan, yakni Allah memberikan rakhmat-Nya kepada siapa saja dari hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sebagian mufasirin mengatakan bahwa Ar-Rokhim khusus kepada kaum Mukminin, sebagaimana Firman-Nya :

وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا

“Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman” (QS. Al Ahzab : 43)

II.                Kesimpulan Makna Ayat Secara Global

Dengan menyebut nama Allah yang memiliki sifat Maha Penyayang, yakni memiliki rakhmat yang sangat luas yang dipersiapkan kepada para hamba-Nya dan sifat Maha Penyayang, yaitu menganugerahkan rakhmat-Nya kepada siapa saja dari hamba-Nya yang dikehendaki-Nya.

III.             Faedah Ayat

1. Ahlus Sunnah meng-itsbat (menetapkan) bahwa Ar-Rokhman dan Ar-Rokhim adalah dua Asmaul Husna dari Asma-Asma Allah yang Husna lainnya. Mereka juga menetapkan bahwa Allah memiliki sifat rakhmat (kasing sayang). Sebagian mufasirin kholaf, mentahrif (memalingkan) tidak menetapkan bahwa Allah memiliki sifat Rokhmat, misalnya penulis tafsir Jalalain ketika menafsirkan ayat “الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ”, mereka mengatakan :

أي ذي الرحمة وهي إرادة الخير لأهله

Yang memiliki rokhmat yaitu keinginan untuk memberikan kebaikan kepada hamba-Nya.

Maka janganlah kita ikuti ketergelinciran mereka.

2. Para ulama sepakat bahwa ayat Bismillahir Rokhmaanir Rokhiim adalah salah satu ayat dalam Al Qur’an, yakni dalam surat An Naml ayat 30 yang berbunyi :

إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

“Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (QS. An Naml : 30).

3. Kemudian para ulama berselisih apakah ayat ini termasuk dalam surat Al Fatihah atau bukan? Sehingga akibat hukum fikih dalam masalah ini adalah dalam membaca Al Fatihah bagi Imam sholat pada saat sholat Jahr, apakah dibaca keras, dibaca lirih atau tidak dibaca sama sekali?. Yang rajih yang penyusun lebih condong kepadanya adalah bahwa ayat ini bukan termasuk surat Al fatihah, dalilnya disebutkan oleh Imam Ibnu Utsaimin dalam tafsirnya ada 2 alasan :

  • Berdasarkan hadits yang shahih dari Nabi Sholallahu ‘alaihi wa salaam, bahwa Beliau pernah bersabda :

قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِى عَبْدِى وَإِذَا قَالَ (الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَىَّ عَبْدِى

Allah berfirman : “Aku membagi sholat (Al Fatihah) antara-Ku dengan hamba-Ku dua bagian, bagi hamba-Ku apa yang ia minta, jika hamba-Ku berkata : ‘Segala puji Bagi Allah, Rabb alam semesta’, Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa berfirman : “hamba-Ku memuji-Ku. Jika hamba berkata : “Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang’, Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa berfirman : “hamba-Ku memuji-Ku”…” (HR. Muslim).

Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa memulai Al Fatihah dengan ucapan Alhamdulillahi Robbil Alamiin.

  • Dalam shahih Muslim, Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘anhu berkata :

صَلَّيْتُ خَلْفَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَكَانُوا يَسْتَفْتِحُونَ بِ (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) لاَ يَذْكُرُونَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فِى أَوَّلِ قِرَاءَةٍ وَلاَ فِى آخِرِهَا

Aku pernah sholat dibelakang Nabi Sholallahu ‘alaihi wa salaam, Abu Bakar, Umar dan Utsman Rodhiyallahu ‘anhum ajmain, mereka semuanya memulai dengan Alhamdu lillahi Robbil Alamiin, mereka tidak menyebutkan Bismillahir Rokhmaanir Rokhiim di awal maupun di akhir bacaan (Al Fatihah).

Dalam shahih Muslim, Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘anhu berkata :

صَلَّيْتُ خَلْفَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَكَانُوا يَسْتَفْتِحُونَ بِ (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) لاَ يَذْكُرُونَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فِى أَوَّلِ قِرَاءَةٍ وَلاَ فِى آخِرِهَا

Aku pernah sholat dibelakang Nabi Sholallahu ‘alaihi wa salaam, Abu Bakar, Umar dan Utsman Rodhiyallahu ‘anhum ajmain, mereka semuanya memulai dengan Alhamdu lillahi Robbil Alamiin, mereka tidak menyebutkan Bismillahir Rokhmaanir Rokhiim di awal maupun di akhir bacaan (Al Fatihah).

  • Siyaq (susunan ayat), yakni surat Al fatihah tetap terdiri dari 7 ayat, ayat yang pertama adalah “الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ” sedangkan ayat yang terakhir yakni “صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ” dibagi menjadi dua “صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ” adalah ayat ke-enam dan “غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ” adalah ayat yang ke-tujuh. Maka jika kita perhatikan dengan membagi 2 ayat tersebut, lebih sesuai dengan ayat-ayat sebelumnya dari sisi panjang-pendeknya. Wallahu A’lam.

4. Hendaklah memulai aktivitas kita dengan menyebut Basmalah, agar mendapatkan keberkahan dalam hidupnya.

Leave a Comment »

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.
Entries and comments feeds.