TAFSIR AL BAQOROH AYAT 62 SEBAGAI BANTAHAN PAHAM SEMUA AGAMA BENAR

March 15, 2014 at 11:38 pm | Posted in Aqidah | 15 Comments

TAFSIR AL BAQOROH AYAT 62

Sebagai Bantahan Terhadap Dalih Semua Agama Benar

 

Kaum Orientalis Kufar barat menebar syubhat kepada anak-anak islam yang menjadi budak mereka, lalu mereka menyebarkannya kembali kepada saudaranya orang-orang Islam untuk membuat bodoh dan ragu terhadap keyakinan keislamannya selama ini. Salah satu keyakinan yang dicoba untuk dirobohkan oleh budak-budak orientalis barat adalah keyakinan bahwa Islam adalah satu-satunya agama benar, tidak boleh seorang Muslim mengklaim agamanya sendiri yang paling benar, sedangkan agama-agama lain adalah batil. Maka orang-orang yang ada penyakit didalam hatinya akan menerima racun ini dengan senang hati, begitu juga dengan orang-orang yang bodoh dari kaum Muslimin yang mereka belum mendapatkan pelajaran akidah dengan baik atau mereka yang malas belajar agama, akan cepat termakan racun ini, karena dianggap ini adalah madu manis yang menyegarkan.

Salah satu cara orientalis dan kaki tangannya dalam menebarkan racun adalah mereka mencari-cari ayat dalam Kitabullah yang sekiranya menurutnya mendukung pemikiran tersebut. Kemudian mereka menafsirkan ayat tersebut sesuai dengan hawa nafsunya. Salah satu ayat yang mereka anggap mendukung pemikiran semua agama benar adalah ayat ke-62 dari surat Al Baqoroh yang berbunyi :

إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.

Menurut mereka, dalam ayat ini Allah memberitahukan bahwa orang-orang non Muslim yang mereka beriman kepada Allah, percaya kepada hari berbangkit dan beramal baik, maka mereka juga akan mendapatkan pahala, artinya kedudukan mereka sama dengan seorang Muslim yang bertauhid.

Oleh karenanya, penulis mengajak kepada pembaca untuk memahami ayat ini dengan penjelasan dari para Imam ahli tafsir yang telah diakui kepakarannya. Sebenarnya secara bahasa ayat ini mudah dipahami bagi orang yang memiliki hati yang bersih, disini Allah mengikatkan syarat untuk mendapatkan pahala-Nya dengan keimanan kepada Allah sendiri, kemudian hari akhir dan beramal sholih. Maka siapa saja, baik itu Muslim, Yahudi, Nashroni, Shabiin dan pemeluk agama apapun, jika mereka mau beriman kepada Allah, percaya hari akhir dan beramal sholih, akan mendapatkan balasan dari Allah.

Termasuk keimanan kepada Allah adalah beriman kepada Nabi dan Rasul yang telah diutusnya, mulai dari Nabi Adam alaihi salam sampai Nabi terakhir yaitu Muhammad sholallahu alaihi wa salam. Khusus Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam beliau diutus kepada seluruh umat manusia dan sebagai nabi dan rasul terakhir yang diutus. Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa berfirman :

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui” (QS. Sabaa’ : 28).

Maka umat manusia sekarang, baik Yahudi, Nashroni, Hindu, Budha atau agama apapun, jika mereka mau beriman kepada Allah agar mendapatkan balasan yang baik dan terhindar dari siksa neraka dan mendapatkan keridhoannya, konsekuensinya adalah mengikuti Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam. Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa berfirman :

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31) قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ (32)

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir” (QS. Ali Imron : 31-32)

Ayat ini dikatakan oleh ulama tafsir sebagai ayat ujian (tes) bagi orang-orang yang mengaku mencintai dan beriman kepada Allah. Imam Ibnu Katsiir dalam tafsirnya berkata :

هَذِهِ الْآيَةُ الْكَرِيمَةُ حَاكِمَةٌ عَلَى كُلِّ مَنِ ادَّعَى مَحَبَّةَ اللَّهِ، وَلَيْسَ هُوَ عَلَى الطَّرِيقَةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ فَإِنَّهُ كَاذِبٌ فِي دَعْوَاهُ فِي نَفْسِ الْأَمْرِ، حَتَّى يَتَّبِعَ الشَّرْعَ الْمُحَمَّدِيَّ وَالدِّينَ النَّبَوِيَّ فِي جَمِيعِ أَقْوَالِهِ وَأَحْوَالِهِ، كَمَا ثَبَتَ فِي الصَّحِيحِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: “مَنْ عَمِلَ عَمَلا لَيْسَ عَلَيْهِ أمْرُنَا فَهُوَ رَدُّ” ….

وَقَالَ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ وَغَيْرُهُ مِنَ السَّلَفِ: زَعَمَ قَوْمٌ أَنَّهُمْ يُحِبُّونَ اللَّهَ فَابْتَلَاهُمُ اللَّهُ بِهَذِهِ الْآيَةِ، فَقَالَ: {قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ} .

“ayat yang mulia ini sebagai hakim (pemutus) terhadap orang-orang yang mengaku mencintai Allah, namun ia sendiri tidak berada diatas jalan Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam, maka mereka adalah berdusta dalam pengakuannya tersebut, sampai mereka mengikuti syariat dan agama Nabi Muhammad dalam seluruh ucapan dan perbuatannya, sebagaimana hadits shahih dari Rasulullah sholallahu alaihi wa salam, bahwa Beliau bersabda :

“Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim). …

Imam Hasan al-Bashri dan ulama salaf lainnya berkata : “suatu kaum mengklaim bahwa mereka mencintai Allah, maka Allah menguji dengan ayat ini (atas klaim mereka), Dia Subhanaahu wa Ta’aalaa berfirman :

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi

Jadi, orang yang akan dibalas oleh Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa dengan pahala yang baik, dihilangkannya kekhawatiran akan masa depan mereka di hari akhir nanti dan kesedihan terhadap tindak tanduk yang telah dilakukannya semasa hidupnya adalah orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa dengan mengikuti syariat Nabi-Nya, terkhusus pada zaman ini adalah syariat Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam.

Kembali pada ayat 62 surat Al Baqoroh, maka jika dilihat dari konteks runtutan ayat sebelum dan sesudahnya, maka yang dimaksud Yahudi, Nashroni dan Shabiin yang beriman adalah Yahudi, Nashroni dan Shabiin yang beriman kepada Nabi di zamannya, seperti Yahudi yang beriman kepada Nabi Musa alaihi salam dan Nashroni yang beriman kepada Nabi Isa alaihi salam. Adapun Shabiin, maka para ulama tafsir berbeda pendapat siapa yang dimaksud dengan kaum ini, Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menukil beberapa pendapat Imam ahli tafsir tentang siapa mereka. Imam Mujahid berkata :

الصَّابِئُونَ قَوْمٌ بَيْنَ الْمَجُوسِ وَالْيَهُودِ وَالنَّصَارَى، لَيْسَ لَهُمْ دِينٌ

“Shabiin adalah kaum diantara Majusi, Yahudi dan Nashroni yang mana mereka tidak memiliki agama”.

Kemudian Imam Wahhab bin Munabbih pernah ditanya tentang siapa yang dimaksud dengan Shabiin, lalu beliau menjawab :

الَّذِي يَعْرِفُ اللَّهَ وَحْدَهُ، وَلَيْسَتْ لَهُ شَرِيعَةٌ يَعْمَلُ بِهَا وَلَمْ يُحْدِثْ كُفْرًا

“mereka yang hanya mengenal Allah saja, mereka tidak memiliki syariat yang harus diamalkan dan tidak muncul kekufuran dari mereka”.

Setelah menyebutkan beberapa pendapat lain dari para ulama tentang kaum shabiin ini, Imam Ibnu Katsir menguatkan pendapat bahwa yang dimaksud dengan shabiin adalah :

وَأَظْهَرُ الْأَقْوَالِ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ، قَوْلُ مُجَاهِدٍ وَمُتَابِعِيهِ، وَوَهْبِ بْنِ مُنَبِّهٍ: أَنَّهُمْ قَوْمٌ لَيْسُوا عَلَى دِينِ الْيَهُودِ وَلَا النَّصَارَى وَلَا الْمَجُوسِ وَلَا الْمُشْرِكِينَ، وَإِنَّمَا هُمْ قَوْمٌ بَاقُونَ عَلَى فِطْرَتِهِمْ وَلَا دِينٌ مُقَرَّرٌ لَهُمْ يَتْبَعُونَهُ وَيَقْتَفُونَهُ؛ وَلِهَذَا كَانَ الْمُشْرِكُونَ يَنْبِزُونَ مَنْ أَسْلَمَ بِالصَّابِئِيِّ، أَيْ: أَنَّهُ قَدْ خَرَجَ عَنْ سَائِرِ أَدْيَانِ أَهْلِ الْأَرْضِ إِذْ ذَاكَ.

وَقَالَ بَعْضُ الْعُلَمَاءِ: الصَّابِئُونَ الَّذِينَ لَمْ تَبْلُغْهُمْ دَعْوَةُ نَبِيٍّ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ.

“dan pendapat yang jelas –Wallahu A’lam- adalah pendapatnya Mujahid dan yang mengikutinya serta pendapatnya Wahhab bin Munabbih, bahwa mereka adalah suatu kaum yang tidak beragama dengan agama Yahudi dan Nashroni, tidak juga Majusi dan Musyrikin, mereka hanya suatu kaum yang masih diatas fitrah dan tidak ada agama tertentu yang mereka ikuti dan diamalkan, oleh karenanya orang-orang musyirikin (arab pada waktu itu) menjuluki orang-orang yang masuk islam (setelah Nabi berdakwah –pent.) dengan orang Shabii yakni karena mereka mengikuti agama diluar agama-agama yang ada di muka bumi pada waktu itu (menurut dugaan mereka –pent.).

Sebagian ulama berkata : ‘shabiin adalah mereka yang belum sampai dakwah Nabi kepadanya, Wallahu A’lam”.

Seandainya anda membaca ayat-ayat sebelumnya mulai dari ayat 40 surat Al Baqoroh ini, niscaya anda akan mendapatkan bahwa Allah sedang membicarakan mereka orang-orang Yahudi yang menjadi obyek dakwah Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam ketika sampai di Madinah, bahwa sulit orang-orang Yahudi untuk diajak masuk Islam, sekalipun mereka adalah kaum yang pandai dan mengetahui kebenaran, karena nenek moyang mereka dahulu pada zaman Nabi Musa alaihi salam telah melakukan kejahatan-kejahatan besar terhadap agama yang dibawa oleh Nabi Musa alaihi salam, mereka melakukan pembangkangan yang hebat terhadap Nabi Musa alaihi salam, setelah sebelumnya Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa menyelamatkan mereka melalui tangan Nabi Musa alaihi salam dari kekejaman Fir’aun. Mereka dijadikan budak, hak-hak dasar mereka dirampas, anak laki-laki yang lahir dibunuh untuk menurunkan populasi mereka dan kekejaman-kekejaman lain yang mereka terima, namun bukannya bersyukur setelah diselamatkan, malah mereka melakukan rongrongan-rongrongan terhadap agama Allah.

Namun karena Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa maha adil dan Islam memerintahkannya umatnya berlaku adil, bahwa gambaran yang diceritakan pada ayat-ayat sebelum ayat 62 ini adalah kondisi mayoritas bani isroil, sehingga untuk menepis anggapan bahwa seluruh bani Isroil adalah orang-orang jahat, Allah menyebutkan ayat 62 ini, bahwa dari kebanyakan orang bani Isroil yang berbuat jahat, masih ada beberapa orang yang menjadi pembela, penolong dan penyeru dakhwah Nabinya alaihi salam. Syaikh Abdur Rokhman as-Sa’di yang memberikan penjelasan ini dalam tafsirnya, kata beliau :

والصحيح أن هذا الحكم بين هذه الطوائف، من حيث هم، لا بالنسبة إلى الإيمان بمحمد، فإن هذا إخبار عنهم قبل بعثة محمد صلى الله عليه وسلم وأن هذا مضمون أحوالهم، وهذه طريقة القرآن إذا وقع في بعض النفوس عند سياق الآيات بعض الأوهام، فلا بد أن تجد ما يزيل ذلك الوهم، لأنه تنزيل مَنْ يعلم الأشياء قبل وجودها، ومَنْ رحمته وسعت كل شيء.

وذلك والله أعلم – أنه لما ذكر بني إسرائيل وذمهم، وذكر معاصيهم وقبائحهم، ربما وقع في بعض النفوس أنهم كلهم يشملهم الذم، فأراد الباري تعالى أن يبين من لم يلحقه الذم منهم بوصفه، ولما كان أيضا ذكر بني إسرائيل خاصة يوهم الاختصاص بهم. ذكر تعالى حكما عاما يشمل الطوائف كلها، ليتضح الحق، ويزول التوهم والإشكال، فسبحان من أودع في كتابه ما يبهر عقول العالمين.

“Yang benar ini adalah hukum terhadap orang-orang Yahudi, Nashroni dan Shabiin pada zamannya, bukan disandarkan kepada keimanan terhada Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam, karena ini adalah cerita tentang mereka sebelum diutusnya Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam dan celaan terhadap perilaku mereka sebelumnya. Ini adalah metode Al Qur’an jika terjadi pada sebagian jiwa kesamaran ketika membaca konteks ayat, maka mau tidak mau harus dihilangkan kesamaran tersebut, karena Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa mengetahui segala sesuatu sebelum terjadi dan rahkmat-Nya sangat luas.

Yang demikian –Wallahu A’lam- ketika diceritakan celaan kepada Bani Isroil, kemaksiatan dan kejahatan mereka, bisa saja terjadi pada sebagian orang pemikiran bahwa semua orang Bani Isroil tercela semuanya. Maka Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa ingin menjelaskan bahwa ada beberapa orang yang kondisinya tidak seperti itu, begitu juga ketika menceritakan bani isroil, barangkali ada yang memahami bahwa hukumnya khusus kepada mereka, Maka Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa menjelaskan hukum secara umum yang mencakup seluruh bangsa manusia, untuk menjelaskan kebenaran dan menghilangkan kesamaran. Maha suci Allah yang membersihkan kitabnya sesuatu yang membuat samar akal-akal kaum mukminin”.

Maka penjelasan Syaikh as-Sa’di menerangkan kepada kita bahwa konteks ayat 62 surat Al Baqoroh adalah berbicara tentang kaum yang beriman kepada Allah dan syariat Nabi-Nya pada zamannya. Adapun sekarang jika pemeluk agama-agama yang ada di muka bumi ataupun orang yang mengaku tidak memiliki agama, jika mereka mengaku beriman kepada Allah, maka sebagai bukti realisasi keimanannya adalah mereka beriman kepada Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam, Rasul terakhir yang diutus oleh Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa yang membawa agama Islam. Jika mereka tidak melakukan hal ini maka keimanan mereka hanya isapan jempol belaka. Bahkan Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya, menukil perkataan Imamul Mufassirin Abdullah bin Abbas rodhiyallahu anhu yang berkata :

{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ} الْآيَةَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ بَعْدَ ذَلِكَ: {وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ} [آل عمران: 85]

“pada saat turun ayat : “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian”. Lalu setelah ayat ini Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa menurunkan ayat : “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi ” (QS. Ali Imron : 85).

Na’am, benarlah sahabat Abdullah bin Abbas rodhiyallahu anhu karena Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa hanya menerima agama Islam sebagai agama yang diridhoi. Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa berfirman :

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam ” (QS. Ali Imroon : 19).

Dan semua agama yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul adalah Islam. Imam Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin dalam “Syarah Tsalatsatul Ushul” berkata :

الإسلام بالمعنى العام هو التعبد لله بما شرع منذ أن أرسل الله الرسل إلى أن تقوم الساعة كما ذكر الله عز وجل ذلك في آيات كثيرة تدل على أن الشرائع السابقة كلها إسلام لله عز وجل. قال الله تعالى عن إبراهيم: { ربنا واجعلنا مسلمين لك ومن ذريتنا أمة مسلمة لك } {سورة البقرة، الآية: 128}.

والإسلام بالمعنى الخاص بعد بعثة النبي صلى الله عليه وسلم يختص بما بعث به محمد صلى الله عليه وسلم لأن ما بعث به النبي صلى الله عليه وسلم نسخ جميع الأديان السابقة فصار من اتبعه مسلماً ومن خالفه ليس بمسلم، فَأَتبْاع الرسل مسلمون في زمن رسلهم

“Islam bermakna umum adalah beribadah kepada Allah dengan sesuatu yang disyariatkannya semenjak Allah mengutus Rasul-Nya sampai hari kiamat, sebagaimana yang Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa sebutkan dalam ayat yang banyak bahwa seluruh syariat umat sebelumnya adalah Islam kepada Allah Azza wa Jalla. Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa berfirman tentang Ibrohim alaihi salam : “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau” (QS. Al Baqoroh : 128).

Adapun Islam bermakna khusus adalah setelah diutusnya Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam yang dikhususkan setelah diutusnya Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam, karena setelah diutusnya Beliau sholallahu alaihi wa salam, maka menghapus seluruh agama yang terdahulu, sehingga orang yang mengikuti Beliau adalah Muslim dan yang menyelisihi Beliau adalah non Muslim. Jadi pengikut para Rasul adalah Muslim pada zaman Rasul tersebut”.

Kami tutup dengan fatwa komisi tetap pembahasan dan fatwa Saudi Arabia yang dinukil oleh “Fatawa Islam Sual wa Jawab” berkaitan dengan dakwah persatuan agama :

Soal : bagaimana hukum Propaganda kepada penyatuan agama?

Jawab :

Setelah tamhid. Dan mukadimah dari admin Fatawa, maka Lajnah Daimah menetapkan hal berikut :

1. Termasuk pokok keyakinan dalam Islam, yang merupakan sesuatu yang diketahui secara darurat dan disepakati oleh kaum Muslimin bahwa tidak didapati di muka bumi ini, suatu agama yang hak kecuali agama Islam, ini adalah penutup agama dari agama-agama yang ada serta sebagai penghapus seluruh agama dan syariat sebelumnya. Tidak tersisa sekarang dimuka bumi ini suatu agama yang menyembah Allah, selain Islam. Allah berfirman :

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS. Al Maidah : 3).

Dan Firman-Nya Subhanaahu wa Ta’aalaa :

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi ” (QS. Ali Imron : 85).

Dan Islam diatas yang dimaksud adalah setelah diutusnya Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam, bukan agama yang lain.

2. Diantara pokok keyakinan Islam adalah bahwa Kitabullah Al Qur’an adalah akhir kitab yang diturunkan yang berasal dari Rabb semesta alam, ia menghapus semua kitab yang diturunkan sebelumnya, yakni Taurat, Zabur, Injil dan selainnya, sebagai pembenar kitab sebelumnya. Maka tidak tersisa kitab yang dijadikan sebagai peribadatan kepada Allah, selain Al Qur’an. Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa berfirman :

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu ” (QS. Al Maidah : 48).

3. Wajib mengimani bahwa Taurat dan Injil telah dihapus oleh Al Qur’an dan keduanya telah terjadi perubahan dan penggantian dengan penambahan atau pengurangan (oleh Yahudi dan Nashroni –pent.), sebagaimana telah datang penjelasan dalam Kitabullah, diantaranya Firman Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa :

“Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat) ” (QS. Al Maidah : 13).

Dan Firman-Nya :

“Maka kecelakaan yAng besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan” (QS. Al Baqoroh : 79).

Firman-Nya lagi :

“Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: “Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah”, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui ” (QS. Ali Imroon : 78).

Oleh karenanya, sesuatu yang benar dari Kitab sebelum Al Qur’an, maka telah dihapus dengan Islam dan sesuatu yang batil, maka ini berasal dari perubahan dan penggantian mereka. Telah shahih dari Nabi sholallahu alaihi wa salam bahwa Beliau pernah marah, tatkala melihat Umar bin Khothob rodhiyallahu anhu yang sedang membawa lembaran Taurat, Nabi sholallahu alaihi wa salam bersabda :

“apakah engkau merasa ragu (dengan Al Qur’an) wahai Ibnul Khothob? Bukankah sudah datang kepadamu sesuatu yang putih bersih?, seandainya saudaraku Musa alaihi salam masih hidup, maka tidak ada keluasan baginya, kecuali harus mengikutiku” (HR. Ahmad, ad-daarimiy dan selainnya).

4. Diantara pokok keyakinan Islam adalah bahwa Nabi dan Rasul kita Muhammad sholallahu alaihi wa salam adalah penutup para Nabi dan Rasul , sebagaimana Firman-Nya Subhanaahu wa Ta’aalaa :

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi ” (QS. Al Ahzaab : 40).

Tidak tersisa sekarang seorang Rasul yang harus diikuti, selain Muhammad sholallahu alaihi wa salam, seandainya salah seorang Nabi hidup pada saat ini, maka tidak ada keluasan baginya, kecuali harus mengikuti Nabi sholallahu alaihi wa salam. Mereka tidak diberikan keluasan, kecuali harus mengikuti Beliau sholallahu alaihi wa salam. Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa berfirman :

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” Mereka menjawab: “Kami mengakui.” Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu ” (QS. Ali Imroon : 81).

Nabi Isa alaihi salam ketika turun pada akhir zaman, Beliau alaihi salam mengikuti syariat Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam dan berhukum dengan syariat Beliau. Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa berfirman :

“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung ” (QS. Al A’raf : 157).

Sebagaimana termasuk pokok keyakinan Islam bahwa pengutusan Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam adalah kepada seluruh manusia. Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa berfirman :

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui ” (QS. Sabaa’ : 28).

Dan Firman-Nya :

“Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua ” (QS. Al A’raf : 158).

Dan ayat-ayat yang senada.

5. Termasuk pokok keyakinan Islam adalah wajib berkeyakinan kekafiran siapa saja yang tidak memeluk agama Islam, baik itu Yahudi, Nashroni dan selainnya dan dinamakan kafir terhadap orang yang telah ditegakkan hujjah, mereka adalah musuh Allah, Rasul-Nya dan kaum Mukminin dan mereka termasuk penghuni neraka, sebagaimana firman Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa :

“Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata” (QS. Al Bayyinah : 1).

Dan Firman-Nya Azza wa Jalla :

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk” (QS. Al Bayyinah : 6).

Dan Firman-Nya Subhanaahu wa Ta’aalaa :

“Dan Al Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya). ” (QS. Al An’aam : 19).

Dan Firman-Nya Subhanaahu wa Ta’aalaa :

“(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya ” (QS. Ibrohim : 52)

Telah shahih dalam riwayat Muslim bahwa Nabi sholallahu alaihi wa salam bersabda :

“Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, tidaklah seorang mendengarkan dakwahku dari umat ini, baik itu Yahudi maupun Nashroni, lalu mereka mati dan tidak beriman dengan sesuatu yang aku diutus dengannya, melainkan ia adalah termasuk penghuni neraka”.

Oleh karenanya barangsiapa yang tidak mengkafirkan Yahudi dan Nashroni setelah ditegakkan hujjah kepadanya, maka ia Kafir. Sesuai dengan kaedah syariah : ‘barangsiapa yang tidak mengkafirkan orang kafir, setelah ditegakkan hujjah maka berarti ia kafir’.

6. Adapun pokok keyakinan ini dan hak-hak syariat, maka sesungguhnya propaganda penyatuan agama dan pendekatan lintas agama dan menjadikannya sebagai satu agama adalah propaganda yang jelek yang penuh makar, tujuan akhirnya adalah mencampur adukkan yang hak dengan yang batil, menghancurkan Islam dan sendi-sendinya serta menyeret pemeluk Islam kedalam kemurtadan dari agamanya. Semua ini telah ditunjukkan melalui Firman-Nya :

“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup ” (QS. Al Baqoroh : 217).

Dan Firman-Nya Azza wa Jalla :

“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir ” (QS. An-Nisaa’ : 89).

7. Diantara pengaruh dari propaganda yang penuh dosa ini adalah mengabaikan pembeda antara Islam dengan Kekafiran, antara hak dengan kebatilan, antara yang maruf dengan yang mungkar, mematahkan taring antara kaum Muslimin dengan orang kafir, tidak adanya loyalitas dan disloyalitas dan tidak adanya jihad dan peperangan untuk meninggikan kalimat Allah di bumi Allah. Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa berfirman :

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk” (QS. At Taubah : 29).

Dan Firman-Nya Subhanaahu wa Ta’aalaa :

“dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa ” (QS. At Taubah : 36).

Dan Firman-Nya :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya ” (QS. Ali Imroon : 118).

8. Sesungguhnya propaganda penyatuan agama jika berasal dari seorang Muslim, maka ini dapat menyebabkan kemurtadan secara nyata dari agama Islam, karena berarti ia telah menghancurkan pokok keyakinan, ridho terhadap kekafiran kepada Allah Azza wa Jalla, mendustakan Al Qur’an yang telah menghapus semua syariat sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut, maka pemikiran ini sangat ditolak oleh syariat dan pasti diharamkan dengan dalil-dalil syariat Islam yang bersumber dari Al Qur’an, Sunnah dan kesepakatan kaum Muslimin.

9. Berdasarkan pertimbangan diatas :

  1. Tidak boleh seorang Muslim yang mengimani Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sholallahu alaihi wa salam sebagai Nabi dan Rasulnya untuk mempropagandakan pemikiran keji ini, menjadi corongnya dan menyebarkannya ditengah-tengah kaum Muslimin, terlebih lagi menerima propaganda ini, bergabung dengan rapat, organisasi dan perkumpulannya.
  2. Tidak boleh seorang Muslim mencetak Taurat, Injil dan Al Qur’an dalam satu jilid. Barangsiapa yang melakukannya atau mempropagandakannya, maka ini adalah kesesatan yang jauh, karena menggabungkan yang hak (Al Qur’anul Karim) dengan kitab yang telah dirubah atau telah dihapus (Taurat dan Injil).
  3. Sebagaimana juga tidak boleh bagi Muslim untuk menerima propaganda membangun masjid, gereja dan Sinagog dalam satu tempat, karena hal ini mengenalkan agama yang beribadah kepada selain Allah dan tidak menampakkan agama Islam diatas agama lainnya serta mempropagandakan kepada masyarakat bahwa agama itu ada 3, dipersilakan bagi mereka untuk memilih agama apa saja. Ini juga menyamakan Islam dengan agama yang telah dihapus. Tidak ragu lagi bahwa pengakuan dan keyakinan atau ridho dengan hal tersebut adalah kekafiran dan kesesatan, karena ini menyelisihi nash yang tegas dari Al Qur’an, Sunah yang suci dan kesepakatan kaum Muslimin serta mengiklankan bahwa perubahan-perubahan yang dilakukan Yahudi dan Nashroni adalah dari Allah, Maha suci Allah dari perbuatan tersebut. Sebagaimana juga tidak boleh menamakan gereja dengan rumah Allah dan pemeluknya sedang beribadah kepada Allah dengan ibadah yang benar yang diterima oleh Allah, karena itu sebenarnya adalah ibadah bukan dari agama Islam. Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa berfirman :

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi ” (QS. Ali Imroon : 85).

Bahkan gereja adalah rumah yang berisi kekafiran kepada Allah, kita berlindung dari kekafiran dan pemeluknya. Syaikhul Islam dalam “Majmu Fatawa” (22/162) berkata : ‘tidaklah Sinagog dan Gereja itu dinamakan rumah Allah, karena rumah Allah itu hanya masjid, bahkan ia adalah rumah yang terdapat kekafiran didalamnya, sekalipun dinamakan dengan rumah Allah, karena rumah itu sesuai dengan yang menempatinya, sedangkan yang menempati tadi adalah orang kafir, maka itu adalah rumah ibadahnya orang kafir’.   

10. Wajib untuk diketahui bahwa dakwah kepada orang kafir secara umum dan kepada ahlu kitab secara khusus adalah wajib bagi kaum Muslimin dengan nash-nash yang tegas dari kitab dan sunnah, namun tidaklah itu dilakukan kecuali dengan cara penjelasan dan perdebatan dengan cara yang terbaik serta tidak merendahkan sesuatu dari syariat-syariat Islam hal ini akan menyebabkan ia merasa cukup dengan Islam lalu masuk kedalam Islam atau ini sebagai penegakkan hujjah sehingga binasalah orang yang binasa dengan penjelasan dan hiduplah orang yang hidup dengan penjelasan. Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa berfirman :

“Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah) ” (QS. Ali Imroon : 64).

Adapun perdebatan dan diskusi dengan mereka untuk merendahkan syariat Islam, merealisasikan agenda tersembunyi mereka serta menampakkan aib Islam serta meragukan keimanan, maka ini adalah batil yang mana Allah, Rasul-Nya dan Kaum Mukmin enggan kepadanya –Allah sajalah yang dimintai pertolongan dari apa yang mereka sifatkan-. Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa berfirman :

“Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu ” (QS. Al Maidah : 49).

Berikut teks aslinya :

سؤال رقم 10213- حكم الدعوة إلى وحدة الأديان

السؤال :

ما حكم الدعوة إلى ( وحدة الأديان ) ؟.

الجواب:

الجواب :

الحمد لله وحده ، والصلاة والسلام على من لا نبي بعده ، وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين ، أما بعد :

فإن اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء استعرضت ما ورد إليها من تساؤلات ، وما ينشر في وسائل الإعلام من آراء ومقالات بشأن الدعوة إلى( وحدة الأديان ) : دين الإسلام ، ودين اليهودية ، ودين النصارى ، وما تفرع عن ذلك من دعوة إلى بناء مسجد وكنيسة ومعبد في محيط واحد ، في رحاب الجامعات والساحات العامة ، ودعوة إلى طباعة القرآن الكريم والتوراة و الإنجيل في غلاف واحد ، إلى غير ذلك من آثار هذه الدعوة ، وما يعقد لها من مؤتمرات وندوات وجمعيات في الشرق والغرب ، وبعد التأمل والدراسة فإن اللجنة تقرر ما يلي :

أولاً : إن من أصول الاعتقاد في الإسلام ، المعلومة من الدين بالضرورة ، والتي أجمع عليها المسلمون : أنه لا يوجد على وجه الأرض دين حق سوى الإسلام ، وأنه خاتمة الأديان ، وناسخ لجميع ما قبله من الأديان والملل والشرائع ، فلم يبق على وجه الأرض دين يُتعبد الله به سوى الإسلام ، قال الله تعالى : ( اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام ديناً ) وقال تعالى : ( ومن يبتغ غير الإسلام ديناً فلن يقبل منه وهو في الآخرة من الخاسرين ) . والإسلام بعد بعثة محمد صلى الله عليه وسلم هو ما جاء به دون ما سواه من الأديان .

ثانياً : ومن أصول الاعتقاد في الإسلام : أن كتاب الله تعالى : ( القرآن الكريم ) هو آخر الكتب نزولاً وعهداً برب العالمين ، وأنه ناسخ لكل كتاب أنزل من قبل ؛ من التوراة والزبور والإنجيل وغيرها ، ومهيمن عليها ، فلم يبق كتاب منزل يُتعبد الله به سوى القرآن الكريم ، قال الله تعالى : ( وأنزلنا إليك الكتاب بالحق مصدقاً لما بين يديه من الكتاب ومهيمناً عليه فاحكم بينهم بما أنزل الله ولا تتبع أهواءهم عما جاءك من الحق ) .

ثالثاً : يجب الإيمان بأن التوراة والإنجيل قد نسخا بالقرآن الكريم ، وأنه قد لحقهما التحريف والتبديل بالزيادة والنقصان ، كما جاء ذلك في آيات من كتاب الله الكريم ، منها قول الله تعالى : ( فبما نقضهم ميثاقهم لعنّاهم وجعلنا قلوبهم قاسية يحرفون الكلم عن مواضعه ونسوا حظاً مما ذُكِّروا به ولا تزال تطّلع على خائنة منهم إلا قليلاً منهم ) ، وقوله عز وجل : ( فويل للذين يكتبون الكتاب بأيديهم ثم يقولون هذا من عند الله ليشتروا به ثمناً قليلاً فويل لهم مما كتبت أيديهم وويل لهم مما يكسبون ) وقوله سبحانه : ( وإن منهم فريقاً يلوون ألسنتهم بالكتاب لتحسبوه من الكتاب وما هو من الكتاب ويقولون هو من عند الله وما هو من عند الله ويقولون على الله الكذب وهم يعلمون ) . ولهذا فما كان منها صحيحاً فهو منسوخ بالإسلام ، وما سوى ذلك فهو محرف أو مبدل ، وقد ثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه غضب حين رأى مع عمر بن الخطاب رضي الله عنه صحيفة فيها شيء من التوراة ، وقال عليه الصلاة والسلام : ” أفي شك أنت يا ابن الخطاب ؟ ألم آت بها بيضاء نقية ؟! لو كان أخي موسى حياً ما وسعه إلا اتباعي ” رواه أحمد والدارمي وغيرهم .

رابعاً : من أصول الاعتقاد في الإسلام : أن نبينا ورسولنا محمداً صلى الله عليه وسلم هو خاتم الأنبياء والمرسلين ، كما قال تعالى : ( ما كان محمداً أبا أحد من رجالكم ولكن رسول الله وخاتم النبيين ) ، فلم يبق رسول يجب اتباعه سوى محمد صلى الله عليه وسلم ، ولو كان أحد من الأنبياء حياً لما وسعه إلا اتباعه صلى الله عليه وسلم ، وإنه لا يسع أتباعهم إلا ذلك ، كما قال تعالى : ( وإذ أخذ الله ميثاق النبيين لما آتيتكم من كتاب وحكمة ثم جاءكم رسول مصدق لما معكم لتؤمنن به ولتنصرنه قال ءأقررتم وأخذتم على ذلكم إصري قالوا أقررنا قال فاشهدوا وأنا معكم من الشاهدين ) ، ونبي الله عيسى عليه الصلاة والسلام إذا نزل في آخر الزمان يكون تابعاً لمحمد صلى الله عليه وسلم ، وحاكماً بشريعته ، وقال الله تعالى : ( الذين يتبعون الرسول النبي الأمي الذي يجدونه مكتوباً عندهم في التوراة والإنجيل يأمرهم بالمعروف وينهاهم عن المنكر ويحل لهم الطيبات ويحرم عليهم الخبائث ويضع عنهم إصرهم والأغلال التي كانت عليهم فالذين آمنوا به وعزروه ونصروه واتبعوا النور الذي أنزل معه أولئك هم المفلحون ) . كما أن من أصول الاعتقاد في الإسلام أن بعثة محمد صلى الله عليه وسلم عامة للناس أجمعين ، قال الله تعالى : ( وما أرسلناك إلا كافة للناس بشيراً ونذيراً ولكن أكثر الناس لا يعلمون ) وقال سبحانه : ( قل يا أيها الناس إني رسول الله إليكم جميعاً ) وغيرها من الآيات .

خامساً : ومن أصول الإسلام أنه يجب اعتقاد كفر كل من لم يدخل في الإسلام من اليهود والنصارى وغيرهم ، وتسميته كافراً ممن قامت عليه الحجة ، وأنه عدو الله ورسوله والمؤمنين ، وأنه من أهل النار ، كما قال تعالى : ( لم يكن الذين كفروا من أهل الكتاب والمشركين منفكين حتى تأتيهم البينة ) وقال جل وعلا : ( إن الذين كفروا من أهل الكتاب والمشركين في نار جهنم خالدين فيها أولئك هم شر البرية ) ، وقال تعالى : ( وأوحي إليّ هذا القرآن لأنذركم به ومن بلغ ) ، وقال تعالى : ( هذا بلاغ للناس وليُنذَروا به ) وغيرها من الآيات ، وثبت في صحيح مسلم أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ” والذي نفسي بيده لا يسمع بي أحد من هذه الأمة : يهودي ولا نصراني ، ثم يموت ولم يؤمن بالذي أرسلت به إلا كان من أهل النار ” . ولهذا فمن لم يُكَفِّر اليهود والنصارى فهو كافر ، طرداً لقاعدة الشريعة : ” من لم يُكفِّر الكافر بعد إقامة الحجة عليه فهو كافر ” .

سادساً : وأمام هذه الأصول الاعتقادية ، والحقائق الشرعية ، فإن الدعوة إلى ( وحدة الأديان ) والتقارب بينها وصرفها في قالب واحد ، دعوة خبيثة ماكرة ، والغرض منها خلط الحق بالباطل ، وهدم الإسلام وتقويض دعائمه ، وجرّ أهله إلى ردة شاملة ، ومصداق ذلك في قول الله سبحانه : ( ولا يزالون يقاتلونكم حتى يردوكم عن دينكم إن استطاعوا ) وقوله جل وعلا : ( ودُّوا لو تكفرون كما كفروا فتكونون سواء ) .

سابعاً : وإن من آثار هذه الدعوة الآثمة إلغاء الفوارق بين الإسلام والكفر ، والحق والباطل ، والمعروف والمنكر ، وكسر حاجز النفرة بين المسلمين والكافرين ، فلا ولاء ولا براء ، ولا جهاد ولا قتال لإعلاء كلمة الله في أرض الله ، والله جل وتقدس يقول : ( قاتلوا الذين لا يؤمنون بالله ولا باليوم الآخر ولا يحرمون ما حرم الله ورسوله ولا يدينون دين الحق من الذين أوتوا الكتاب حتى يعطوا الجزية عن يد وهم صاغرون ) ، ويقول جل وعلا : ( وقاتلوا المشركين كافة كما يقاتلونكم كافة واعلموا أن الله مع المتقين ) ، وقال تعالى : ( يا أيها الذين آمنوا لا تتخذوا بطانة من دونكم لا يألونكم خبالاً ودوا ما عنتّم قد بدت البغضاء من أفواههم وما تُخفي صدورهم أكبر قد بينا لكم الآيات إن كنتم تعقلون ) .

ثامناً : إن الدعوة إلى ( وحدة الأديان ) إن صدرت من مسلم فهي تعتبر ردة صريحة عن دين الإسلام ؛ لأنها تصطدم مع أصول الاعتقاد ، فترضى بالكفر بالله عز وجل ، وتُبطل صدق القرآن ونَسْخه لجميع ما قبله من الشرائع والأديان ، وبناء على ذلك فهي فكرة مرفوضة شرعاً ، محرمة قطعاً بجميع أدلة التشريع في الإسلام من قرآن وسنة وإجماع .

تاسعاً : وبناءً على ما تقدم :

1 – فإنه لا يجوز لمسلم يؤمن الله رباً ، وبالإسلام ديناً ، وبمحمد صلى الله عليه وسلم نبياً ورسولاً الدعوة إلى هذه الفكرة الآثمة ، والتشجيع عليها ، وتسليكها بين المسلمين ، فضلاً عن الاستجابة لها ، والدخول في مؤتمراتها وندواتها ، والانتماء إلى محافلها .

2 – لا يجوز لمسلم طباعة التوراة والإنجيل منفردين ، فكيف مع القرآن الكريم في غلاف واحد ؟ فمن فعله أو دعا إليه فهو في ضلال بعيد ؛ لما في ذلك من الجمع بين الحق ( القرآن الكريم ) والمحرف أو الحق المنسوخ ( التوراة والإنجيل ) .

3 – كما لا يجوز لمسلم الاستجابة لدعوة : ( بناء مسجد وكنيسة ومعبد ) في مجمع واحد ؛ لما في ذلك من الاعتراف بدين يُعبد الله به غير دين الإسلام ، وإنكار ظهوره على الدين كله ، ودعوة مادية إلى أن الأديان ثلاثة ، لأهل الأرض التدين بأي منها ، وأنها على قدم التساوي ، وأن الإسلام غير ناسخ لما قبله من الأديان ، ولا شك أن إقرار ذلك واعتقاده أو الرضا به كفر وضلال ؛ لأنه مخالفة صريحة للقرآن الكريم والسنة المطهرة وإجماع المسلمين ، واعتراف بأن تحريفات اليهود والنصارى من عند الله ، تعالى الله عن ذلك . كما أنه لا يجوز تسمية الكنائس ( بيوت الله ) وأن أهلها يعبدون الله فيها عبادة صحيحة مقبولة عند الله ، لأنها عبادة على غير دين الإسلام ، والله تعالى يقول : ( ومن يبتغ غير الإسلام ديناً فلن يقبل منه وهو في الآخرة من الخاسرين ) ، بل هي بيوت يُكفَرُ فيها بالله ، نعوذ بالله من الكفر وأهله ، قال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله في مجموع الفتاوى ( 22/162 ) : ” ليست – البِيَع والكنائس – بيوتاً لله ، وإنما بيوت الله المساجد ، بل هي بيوتٌ يُكفر فيها بالله ، وإن كان قد يُذكر فيها ، فالبيوت بمنزلة أهلها ، وأهلها الكفار ، فهي بيوت عبادة الكفار ” .

عاشراً : ومما يجب أن يُعلم : أن دعوة الكفار بعامة ، وأهل الكتاب بخاصة إلى الإسلام واجبة على المسلمين ، بالنصوص الصريحة من الكتاب والسنة ، ولكن لا يكون إلا بطريق البيان والمجادلة بالتي هي أحسن ، وعدم التنازل عن شيء من شرائع الإسلام ، وذلك للوصول إلى قناعتهم بالإسلام ، ودخولهم فيه ،أو إقامة الحجة عليهم ليهلك من هلك عن بينة ويحيا من حيّ عن بينة ، قال الله تعالى : ( قل يا أهل الكتاب تعالوا إلى كلمة سواء بيننا وبينكم ألا نعبد إلا الله ولا نشرك به شيئاً ولا يتخذ بعضنا بعضاً أرباباً من دون الله فإن تولوا فقولوا اشهدوا بأنّا مسلمون ) ، أما مجادلتهم واللقاء معهم ومحاورتهم لأجل النزول عند رغباتهم ، وتحقيق أهدافهم ، ونقض عرى الإسلام ومعاقد الإيمان فهذا باطل يأباه الله ورسوله والمؤمنون والله المستعان على ما يصفون ، قال تعالى : ( واحذرهم أن يفتنوك عن بعض ما أنزل الله إليك ) .

وإن اللجنة إذ تقرر ما تقدم ذكره وتبينه للناس ؛ فإنها توصي المسلمين بعامة ، وأهل العلم بخاصة بتقوى الله ومراقبته ، وحماية الإسلام ، وصيانة عقيدة المسلمين من الضلال ودعاته ، والكفر وأهله ، وتحذرهم من هذه الدعوة الفكرية.

اللجنة الدائمة للبحوث والإفتاء

15 Comments »

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

  1. Kau urus agamamu aku urus imanku.karena aku yakin dan percaya imanku yg menyelamatkanku.silahkan perdebatkan agamamu yg tdk habis habisnya dan himpunlah kebencian dan kebenģisan dalam. Jiwamu hingga bunuh2an kalau itu memberi jaminan bagi keselamatanmu. Kau aku mungkin ada kesamaan sebagai warga duniawi tp tidak sama dalam meyakini kepastian keselamatan diakhir zaman.kelak nantinya tidak ada satu orangpun yang akan menolong dirimu ketika ajal telah menjemputmu.tdk satupun dari kalian yg diberi kuasa utk menghakimi sesamamu jd gak usahlah sok sokan paling benar paling baik paling sempurna yang lain adalah kafir dimatamu.

    Like

  2. slow saja…

    Like

  3. Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia:
    “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab:
    “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
    berserah diri.

    Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu,
    bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan
    sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami
    adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”
    (Qs. Ali ‘Imran : 52 & 64)

    Like

  4. Terima kasih mas semoga berkah

    Like

  5. Amiin ya Robbal ‘alamiin wa antum kadzalik

    Like

  6. Untuk dicermati: “..orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin..” (Al Baqarah 62) kalau seperti yang anda tafsir bahwa ketiga kaum ini harus beriman kepada Nabi Muhammad baru mendapat pahala, mengapa Allah harus menyebut ketiga kaum itu secara explisit? Kan sudah jelas kalau harus beriman kepada Nabi Muhammad agamanya adalah Islam. Ada Al Baqarah 62, ada Ali Imron 85. Artinya, soal siapa yang nanti masuk surga serahkan saja kepada Tuhan Allah. Manusia tidak usah ikut-ikutan menafsir.

    Like

  7. masih bertanya soal orang kafir itu ahli kitab sepertinya ahli kitab taurat injil zubbir dan alquran juga /// al baniyyah 1 ali imron 78

    Like

  8. ahli kitab yang dimaksud yahudi dan nashroni

    Like

  9. SILAHKAN SAJA ANDA MENAFSIRKAN MENURUT VERSI ANDA. SURAT AL-BAQARAH: 62 ITU CUKUP SEDERHANA, LUGAS DAN MUDAH DIPAHAMI. TAPI ANDA MENJELASKANNYA TERLALU JAUH DAN TERLALU MUTER-MUTER SEPERTI ITU….. INTINYA…….Semua Agama Benar.

    Like

  10. Ya agama islam secara umum adalah benar yaitu agama yang dibawa oleh masing-masing Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
    Adapun setelah diutusnya Beliau ke muka bumi, maka agama Islam yang dibawa Beliaulah yang benar, adapun selainnya maka itu salah.
    Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

    وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُ ۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
    “Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 85)

    Like

  11. Agama memang hal yang sangat sensitif untuk dibahas, karena berdalil pada kepercayaan masing-masing. Penasfiran dari 1 orang dan orang lain pasti berbeda-beda, tapi intinya sama. Jika menurut anda pernyataan penulis itu salah, maka silahkan dibantu perjelas tanpa emosi. Jika menurut anda benar, sebarkanlah InsyaAllah menjadi pahala bagi anda. Kalau menurut saya sendiri kenapa orang yahudi nasrani itu mendapatkan pahala, karena pada zaman dahulu Nabi Musa dan Nabi Isa belum membawakan Islam, tapi menyampaikan bahwa Allah SWT itu ada. Sehingga bagi mereka yang percaya dan mengikutinya mendapatkan pahala. Nah, dijaman sekarang ini, setelah Nabi penutup Muhammad SAW menyebarkan Islam, dan Islam agama yang diridhai oleh Allah SWT. Orang Islam pun dapat dikatakan kafir jika ia meninggalkan Shalat wajib secara disengaja. Makanya disini saya menuliskan agama Islamnya dan yang mengikutinya dengan baik mendapatkan pahala. Bagaimana dengan yahudi dan nasrani di zaman ini baik itu yang taat atau tidak? Nah ini kembali menjadi pernyataan yang sensitif jawabannya. Daripada saya salah menerangkan dan ada perasaan menyinggung, lebih baik silahkan cari masing-masing jawabannya sesuai dengan Hadist, Quran, Tafsir dan Kitab-kitab yang kalian punya 🙂

    Like

  12. yahudi dan nasrani setelah diutusnya Nabi Muhammad kafir, ini adalah akidah basic seorang Muslim

    Like

  13. Dimana-mana yang terbaru adalah merevisi yang lama

    Like

  14. Jika ada yg tidak kau pahami tentang quran (kitabmu) liatlah /Tanyakanlah pada kitab sebelum quran(kitabmu) datang..semua penjelasan diatas jd kontradiksi..yg katanya taurat,injil tidak berlaku lagi..pusing…makin dicari pembenaran makin kontra…

    Like

  15. Assalamulaikum wr.wb,
    arti ayat ini sebenarnya inshaAllah:
    “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.

    yg jelasnya mengapa ayat ini menunjukkankan mukmin?
    karena tidak semua muslim itu mukmin (benar benar beriman kepada Allah) sebahagian di antara mereka berbuat jahat di muka bumi ini.

    dan yahudi,nasrani juga shabiin jelas2 tidak beriman kepada Allah karena menyekutukan Allah S.W.T dan berbuat jahat juga di muka bumi ini tetapi apabila mereka beriman sudah tentu mereka ahli surga.

    wassalamualaikum wr.wb,

    ustadz sayyid habib yahya

    Like


Leave a comment

Blog at WordPress.com.
Entries and comments feeds.